EDITORIAL

Setiap Tuhan Yang Maha Kuasa berkehendak menciptakan sesuatu, cukup Dia katakan : “Kun Fayakun”. Melalui energi ilahi itulah, kita semua ini tercipta. Namun kun fayakun bukanlah sebuah proses yang singkat dan terjadi begitu saja. Lihatlah bagaimana bumi dan semua benda-benda di alam ini terbentuk, tentu melalui proses evolusi sekian milyar tahun dan masih terus berproses sepanjang masa. Dari tidak ada menjadi ada dan akhirnya menjadi tidak ada kembali dan seterusnya.

Semuanya ini ada proses sebab dan akibatnya, dan tidak mungkin tidak ada proses yang mendahului yang menjadi penyebab segalanya ada. Para filsuf generasi awal bersibuk ria mencari apa yang sungguh-sungguh menjadi ‘arche’, asal muasal segala sesuatu. Keingintahuan dan rasa penasaran itu membara di alam pikir mereka dan setelah berkontemplasi, tercetuslan gagasan yang beraneka ragam. Ada yang mengatakan bahwa arche itu adalah air, angin, tanah, api, atom, dan sebagainya.

Weblog www.jurnalfilsafat90.wordpress.com ini hadir bukan tanpa sebab-sebab yang mendasarinya. Ada proses dan archenya: Kami para alumni angkatan 90 Fakultas FIlsafat ini merasa prihatin betapa minimnya kontribusi kami secara berjamaah terhadap ilmu pengetahuan, terhadap masyarakat, bangsa dan negara. Keprihatinan itu terus kita simpan di dada masing-masing hingga suatu ketika kami bisa berkumpul kembali melalui media whatsapp.

Tiba-tiba kita tersedak menyadari bahwa usia kita sudah tidak lagi muda. Usia kita rata-rata di atas 44 tahun, bukan usia yang produktif lagi tentunya. Usia yang berangkat senja itu, bisa jadi membuat kita semakin lamban bergerak. Bahkan banyak yang sudah terserang penyakit encok, kolesterol dan asam urat. Namun kita masih memiliki harapan kelak akan menelorkan gagasan bersama yang lebih besar demi kemajuan ilmu pengetahuan, masyarakat, bangsa dan negara, juga peradaban.

Meskipun minim sumbangsih, sarana prasarana dan dana untuk membangun negeri ini namun kami yakin bahwa kehendak kami adalah realitas transendental, artinya realitas noumenal, di belakang realitas fenomenal atau empiris yang kita rasakan. Inilah hakikat realitas yang sesungguhnya. Di belakang dunia pengalaman kita, dunia empiris, terdapat Kehendak Transendental itu. Dunia adalah kehendak dan imajiner namun kehendak adalah realitas noumenal sebagai dasar, dan imajiner adalah penjabarannya di alam fenomenal. Hati kitalah yang membuka rahasia itu.

Dalam pendar-pendar hati kita temukan keinginan, hasrat, kerinduan, harapan, cinta, kebencian, pelarian, penderitaan, pemikiran, imajinasi; itulah hidup kita dan hidup kita adalah pengalaman dan pengalaman itu menyatakan diri sebagai kehendak. Kehendaklah yang mendasari segala kekuatan dan kejadian yang kita alami dalam alam semesta. Di belakang realitas fenomenal, realitas pengalaman empiris kita, terletak sebuah noumenal dan Das Ding an Sich itu adalah Kehendak. Kehendak untuk bergerak ke arah Indonesia yang Lebih Adil dan Sejahtera. Itulah angkatan 90 Universitas Gadjah Mada Yogyakarta Jati diri kami yang tak pernah lelah untuk berefleksi.

Maka, ayo kawan kita berjalan bersama ….. “Teruslah berjalan dan berjalan. Janganlah berhenti berjalan. Kalau perjalanan meletihkanmu, maka duduklah, dan bila engkau duduk, lihatlah ke belakangmu, apa yang telah kau lakukan dan apa pula yang telah kau persembahkan. Kalau engkau tidak menemukan sesuatu yang telah engkau hasilkan, maka lanjutkanlah lagi perjalananmu, dan bila engkau letih, duduk lagi untuk melakukan instrospeksi dan jangan pernah berhenti bertanya apakah engkau telah memilih jalan yang benar? apakah jalan yang kau pilih itu menjadikanmu sesuatu yang berarti? Apakah jalan yang kau lalui itu datar atau penuh dengan rintangan? Apakah kau bisa melompati hambatan itu? Apakah kau memperhatikan kakimu saat berjalan? Apakah kau melihat langit dan bertanya Apa yang ada di atas kita ini? Apakah engkau punya peranan? apakah engkau dibutuhkan? Kalau engkau tidak melakukan dalam hidupmu, maka tidak perlu engkau melanjutkan langkah lagi”

REDAKSI

@@@

One thought on “EDITORIAL

Leave a comment